Halaman

Jumat, 11 September 2015

MARS PPNSI


MARS PPNSI

PPNSI BERSAMAMU
(Mars PPNSI)
Lirik/Syair : Ari/Hanif (4/4 ; C = do)
| 3 1 5 3 . 4 | 5 6 5 . | 5 6 5 4 . 3 | 2 . . . |
Li-hat-lah ne-ge – ri ki-ta menghijau terhampar
| 6 5 4 3 . 4 | 5 3 1 . | 2 3 4 6 . 7 | 5 . . . |
Tanah yang luas dan subur menanti bak – timu
| 3 1 5 3 . 4 | 5 6 5 . | 5 6 5 . 3 4 . 5 | 6 . . 6 |
Tataplah hamparan ladangmu, pancangkanlah harapan. Ko-
| 2 1 7 6 . 7 | 1 5 6 5 . 6 | 7 5 . 6 7 2 | 1 . .
bar-kan api semangatmu, songsonglah fajar negrimu
Reff.
5 . 6 | 7 5 . 6 5 6 . 7 | 1 3 . 4 5 7 . 6 | 5 5 . 4 2 3 . 4 | 5 . . 5 . 6 |
Majulah petani bang-kit – lah nelayan. Ne-geri kan ja-ya karnamu. Ber sa-
| 7 5 . 6 5 6 . 7 | 1 7 . 2 1 5 . 5 | 6 6 7 . 5 7 . 2 | 1 . . . ||
ma mengabdi membangun negeri ini. PPNSI bersamamu
| 3 1 5 3 . 4 | 5 6 5 . | 5 6 5 4 . 3 | 2 . . . |
Li-hat-lah lautan kita membiru terbentang
6 5 4 3 . 4 | 5 3 1 . | 2 3 4 6 . 7 | 5 . . . |
Laut yang luas dan kaya rindukan karyamu
| 3 1 5 3 . 4 | 5 6 5 . | 5 6 5 . 3 4 . 5 | 6 . . 6 |
Hadapi ombak menderu, Kokohkanlah bah-tramu. Ko-
| 2 1 7 6 . 7 | 1 5 6 5 . 6 | 7 5 . 6 7 2 | 1 . . 5 . 6 |
bar-kan api semangatmu, songsonglah fajar negrimu. Maju-
| 7 5 . 6 5 6 . 7 | 1 3 . 4 5 7 . 6 | 5 5 . 4 2 3 . 4 | 5 . . 5 . 6 |
lah petani bang-kit – lah nelayan. Ne-geri kan ja-ya karnamu. Ber sa-
| 7 5 . 6 5 6 . 7 | 1 7 . 2 1 5 . 5 | 6 6 7 . 5 7 . 2 | 1 . . . ||
ma mengabdi membangun negeri ini. PPNSI bersamamu (3x)

Link file Mars PPNSI

Jumat, 16 Januari 2015

Gunakan Inpari Untuk Naikkan Produksi

SERANG - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menginstruksikan penggunaan Padi dengan jenis Inpari dalam meningkatkan produksi padi di wilayah Provinsi Banten. Jenis padi tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 10 ton per hektar. Apabila diaplikasikan pada lahan di wilayah Banten diharapkan dapat mendukung pencapaian swasembada pangan.
“Inpari yang produksi 10 ton itu dikembangkan, kalau benih yang tidak benar beredar dilapangan, kan kasian petani,” ungkap Mentan kepada Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banteng, Neng Nurcahyati, pada kunjungannya di desa Margasana kecamatan Kramatwatu kabupaten Serang, Rabu (14/01).
Di kecamatan yang memiliki luas lahan sawah sebanyak 2508 Ha ini, Mentan mengunjungi gudang Asosiasi Benih Banten (Asbenten) yang berdiri sejak tahun 2012. Di sini Mentan meninjau dengan kapasitas sebanyak 500 ton benih yang mencakup semua wilayah provinsi Banten. Gudang ini juga memiliki stok benih dengan varietas yang didominasi dengan varietas Ciherang, Menkongga dan Varietas Unggul Baru Inpari seperti Inpari 13 dan Inpari 20 yang sedang digandrungi oleh penangkar. Pada kesempatan tersebut Mentan juga menginstruksikan kepada kepala Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Banten, M. Yusron untuk mengaplikasikan penggunaan Inpari 13 di provinsi Banten sebanyak 10%.
Mentan juga meninjau jaringan irigasi yang rusak dengan kondisi banjir apabila memasuki musim hujan di desa Pulo Kencana Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. Dengan kondisi irigasi tersebut, Mentan menitipkan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk menyegerakan perbaikan jaringan irigasi di kecamatan tersebut.

Dalam kesempatan ini pula, Mentan juga menitipkan pesan agar tidak ada lagi distribusi pupuk yang sering terlambat ketika musim tanam kepada pejabat Pupuk Sriwijaya saat berada di gudang persediaan pupuk di Kota Serang. Mentan juga menyempatkan ke Pasar Rau Kota Serang untuk mengetahui harga komoditas beras. Mentan mendapatkan harga beras yang relatif stabil di kisaran harga 8.000 – 9.000 rupiah per-kilogramnya.

Mentan Meminta Tambah Produksi 1 Juta Ton di Banten

BANTEN – Dalam rangka Upaya Khusus Percepatan Swasembada Pangan di provinsi Banten, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, dengan Plt. Gubernur Banten, Rano Karno, melaksanakan rapat koordinasi di Pendopo Gubernur yang terletak di lingkungan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi (KP3B) Banten, Rabu (14/01).
Banten merupakan satu dari empat provinsi yang berhasil dalam melakukan penyerapan kontingensi di tahun 2014. Dalam sambutannya Mentan menyampaikan perasaan puasnya kepada Plt. Gurbenur Banten. Selain Banten, tiga provinsi lainnya yang berhasil melakukan kontingensi dengan prosentase 100 persen yaitu Lampung, Bali dan Sulawesi Selatan.
“Ini Kadis Pertanian luar biasa, pencapaian kontingensi, 100 persen,” ungkap Mentan.
Ditengah upaya Mentan dalam mempercepat swasembada pangan, Mentan memberikan bantuan alsintan kepada provinsi Banten, Mentan menyampaikan permintaannya kepada Plt. Gurbenur Banten untuk menambah satu juta ton produksi padi dari provinsi muda ini.
“Kalau dipenuhi, kami akan kali handtracktornya, dari 132 menjadi empat kali lipat. Pompa air pun akan kami tambah, menjadi 256. Kemudian irigasi delapan ribu,” tambah Mentan.
Pada rakor ini, Mentan menyampaikan rencana tindak lanjut dalam pencapaian swasembada pangan diantaranya dengan upaya perbaikan jaringan irigasi untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), pengadaan dan penguatan sistem benih untuk menjamin kemandirian benih, penyediaan pupuk tepat jumlah, waktu, jenis dan dosis, serta pengadaan alsintan untuk meningkatkan IP dan pengurangan susut panen.
Rencana tindak lanjut tersebut didasarkan pada permasalahan yang dihadapi pertanian di Indonesia diantaranya irigasi, benih, pupuk, alat mesin pertanian (alsintan) dan penyuluh pertanian. Permasalahan pada benih menyebabkan kehilangan peluang produksi sebanyak 6 juta ton GKG. Untuk masalah yang terjadi pada pupuk dapat menghilangkan peluang produksi sebanyak 3 juta ton GKG. Sedangkan permasalahan alsintan memiliki peluang kehilangan produksi sebanyak 3,5 juta ton GKG.
Kurangnya penyuluh pertanian di Indonesia sebanyak 21 ribu orang juga dapat menghambat kegiatan pertanian setara dengan kehilangan peluang produksi 3 juta ton GKG. Pada masalah ini, Mentan mendapat bantuan dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) untuk sumber daya manusia dengan menurunkan Bintara Pembina Desa (Babinsa) sebanyak 52 ribu personil.

Rapat koordinasi ini dihadiri oleh Dirjen PPHP Kementerian Pertanian, perwakilan DPRD Provinsi Banten, perwakilan Bupati dan Wakil Bupati wilayah Provinsi Banten, Komandan Korem 064, serta pejabat lingkup Pemda Provinsi Banten serta stakeholders di bidang pertanian.

Minggu, 14 Juli 2013

Sampai Kapan Kita Impor?


Semua presiden negeri ini semua menyisakan masalah impor, khususnya pangan yang sampai sekarang cenderung terus meningkat. Belum ada presiden yang berhasil menghentikan atau mengurangi impor pangan dengan produksi dalam negeri. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januari-Juni 2011, nilai impor pangan mencapai US$5,36 miliar atau sekitar Rp45 triliun. Nilai impor pangan semester I tahun 2011 lebih tinggi jika dibandingkan dengan semester yang sama tahun 2010. BPS juga mencatat, nilai impor pangan pada tahun lalu sebesar US$4,66 miliar atau setara dengan Rp39,91 triliun.

Perkiraan nilai impor akan terus meningkat di tahun 2013 ini, diperkirakan naik sekitar 10%. Kenaikan impor tahun 2010 ke 2011 sekitar 7%, kondisi ini membuat sedih bangsa ini. Kenapa impor selalu menjadi andalan utama dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri? Bukankah kita negeri agraris dan maritim yang kaya akan segalanya.

Krisis Pangan

Dunia memang sedang dilanda krisis pangan, Kelaparan di dunia 60 persen berada di kawasan Asia dan Pasifik, diikuti oleh negeri sub Sahara dan Afrika sebesar 24 persen, serta Amerika Latin dan Karibia 6 persen. Setiap tahun orang yang menderita kelaparan bertambah 5,4 juta jiwa. Bahkan setiap tahunnya 36 juta jiwa rakyat mati karena kelaparan dan gizi buruk. Puncaknya 2010 PBB melalui FAO merilis terdapat 975 juta jiwa manusia di dunia yang terancam kelaparan dan kematian.

Dunia gagal mengatasi kelaparan, cita – cita FAO untuk mengurangi angka kelaparan sebanyak 575 juta jiwa tahun 2015 sulit akan terealisasi. versi pememrintah angka kemiskinan masih sekitar 13% atau setara 30 juta jiwa. Penduduk miskin negeri ini mencapai angka sekitar 25%  atau setara 60 juta jiwa dengan standar ADB. Standar kemiskinan yang digunakan ADB adalah penghasilan di bawah 1,25 dollar AS per hari (sekitar Rp 10.625). Rencana pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan sekitar 8 – 10% gagal terealisasi. Kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok masyarakat tidak mampu dipenuhi, penerima raskin yang mencapai 71 juta jiwa memberikan gambaran rakyat negeri ini masih kelaparan. Masih ada 17,4% penderita gizi buruk dan malnutrisi yang meghantui bayi, bahkan kecenderungan akan terus naik jika pemerintah gagal menyediakan pangan bergizi untuk masyarakat.

Kondisi diatas menggambarkan bahwa krisis pangan menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup masa depan dan generasi bangsa ini. Keberadaan kebijakan yang selalu pro dengan pasar dan kapitalisme menjadikan impor sebagai alasan untuk menstabilkan kondisi makro ekonomi nasional. Ketergantungan kepada impor jelas sangat berbahaya disaat nantinya kondisi negara pengkespor pangan sedang dilanda masalah. Kita lihat Thailand yang sedang mengalami krisis produksi pangan akibat bencana banjir.

Keputusan Penting

Jared Diamond dalam bukunya, Collapse : How Societes Choose to fail or succeced (2005) memasukan Indonesia selain Nepal dan Kolombia sebagai peradaban yang mungkin dekat dengan keruntuhan. Ya mungkin analisis ini bisa terjadi jika negeri ini terus masih mengantungkan pangan dari bangsa lain. Keruntuhan bukan secara hukum negara bubar, namun negeri ini akan “dikendalikan” olah bangsa lain yang berarti tidak memiliki kedaulatan. Jonh perkin (2005) juga sudah mengingatkan akan bahaya impor, karena Indonesia adalah negera besar yang kaya akan segalanya. Kekurangan bangsa ini kata Perkin, pemimpin kita mudah menerima upeti, itu saja.

Negeri ini tidak boleh lagi mengambil keputusan yang salah, khususnya soal impor pangan. Penataan lembaga pangan nasional haruslah menjadi prioritas, jangan biarkan kelembangaan pangan kita centang perenang tidak jelas alur dan arah kordinasinya. Pangan lokal biarkan menjadi menu favorit, kita tidak ingin “memberaskan” Indonesia, kekayaan alam harus terus diteliti untuk peningkatan diversifikasi pangan nasional. Soekarno memilih mengentikan ikan impor dari Malasyia walaupun rakyatnya kelaparan, namun keputusan ini memberikan dampak luar biasa bagi nelayan kita. Ada harapan yang dijanjikan Soekarno bahwa kita bisa hidup tanpa harus makan pangan impor yang menguntungkan bangsa lain. Pertanyaannya sapai kapan kita akan terus impor? Siapa yang akan bisa menjawab kalau bukan kita sendiri.

Ditulis Oleh: Riyono
Sekjen DPP Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia

Jumat, 24 Mei 2013

PPNSI : Segera Sahkan RUU PPP

Ditengah badai harga bawang public lupa akan masalah pokok dari pangan yang sedang melanda negeri ini. Sejak zaman Soekarno sampai SBY menjabat  dua peroide selalu saja pangan menjadi problem penting selain air dan energy. Kenaikan harga bawang hanya bagian kecil dari masalah salah urusnya negeri ini terhadap pertanian secara umum. “Perlindungan kepada petani bisa akan lebih optimal jika kita punya UU yang memang melindungi petani, termasuk pada saat kondisi sekarang dimana harga bawang naik sehingga petani juga ikut merasakan keuntungannya ” Kata Tamsil Linrung ketua DPP PPNSI dalam diskusi RUU PPP di warung daun cikini. 
Hal senada disampaikan oleh Atang Trsisnanto, tenaga Ahli Mentan bahwa RUU perlindungan dan pemberdayaan petani ini sangat penting terutama dari aspek perlindungan terhadap petani, saat ini Kementan sudah mengusulkan agar diwujudkan adanya asuransi bagi petani yang mengalami gagal panen, bencana dan perlindungan harga saat panen raya, ini sangat penting bagi petani.  Saat ini kementan sudah membuat pilot proyek asuransi petani di Jatim dan Sumatera. 
“Sebenarnya apa yang disampaikan oleh temen – temen PPNSI dan Kementan soal perlindungan kepada petani yang ada dalam RUU PPP ini sudah sejak lama dibahas, namun kenyataannya DPR sampai sekarang belum mengesahkan. Kenapa ini belum disahkan? Apa kendalanya? Kalau soal asuransi harusnya Kementrian keuangan memiliki political will untuk mengalokasikan anggaran yang hanya 2,5 Trilyun” ujar Khudori dalam diskusi itu. 
Saat ini DPR sedang masuk dalam pembhasan di Panja, sehingga usul dan saran temen – temen aktifis seperti PPNSI, SPI, WAMTI akan kita akomodir. Memang saat ini perlu tekanan public agar RUU PPP ini menjadi perhatian serius, karena dengan dekatnya agenda pemilu 2014 dan kasus kenaikan bawang merah dan putih menyita waktu DPR untuk ikut memantau dan mencarikan solusinya” jawab Hermanto aleg komisi IV DPR. 
“Sekarang waktunya DPR membuktikan keberpihkannya kepada petani, pilihannya hanya satu segera sahkan RUU PPP atau kami bersama petani akan turun ke jalan sebagai solusi untuk memperbaiki nasib negeri ini” tutup Riyono Sekjen DPP PPNSI 

Rabu, 01 Mei 2013

Pengendalian Penyakit Blas




Penyakit blas yang disebabkan cendawan Pyricularia grisea kendala utama pertanaman padi gogo, daerah pasang surut dan rawa. Daerah endemiknyaberada di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat (Sukabumi). Khususnya blas leher, menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jawa Barat (Sukabumi, Kuningan), Lampung (Tulang Bawang, Lampung Tengah) dan Sulawesi Selatan. Serangan blas daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangannya dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa. Pengendalian Ketahanan Varietas. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang dan Batutegi.Pemakaian jerami sebagai kompos. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora dari Cendawan P. grisea mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.  Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Dosis pupuk N berkolerasi positif terhadap intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas penyakit makin tinggi. Untuk itu, penggunaan pupuk N harus sesuai anjuran

Pendekatan Kimiawi
Perlakuan benih. Pengendalian penyakit blas akan efektif apabila dilaksanakan sedini mungkin, hal ini disebabkan karena penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida sistemik seperti pyroquilon (5-10 g/kg benih). Cara perendaman benih (soaking). Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan selama periode ini larutan diaduk selama merata setiap 6 jam. Perbandingan berat benih dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih : 2 liter air). Benih 
yang telah direndam dianginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut disebarkan di lahan gogo. Pada padi sawah perendaman dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.Cara pelapisan (coating). Cara ini lebih efektif dari pada cara pertama dan lebih cocok untuk lahan kering (gogo). Benih dibasahi dengan cara merendam beberapa jam kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida yang digunakan dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, benih dikeringanginkan dengan cara yang sama seperti metode sebelumnya dan selanjutnya siap tanam. Penyemprotan tanaman. Efikasi fungisida untuk perlakuan banih hanya bertahan 6 
minggu dan selanjutnya perlu diadakan penyemprotan tanaman. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (heading 5%).Beberapa fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit blas adalah yang mengandung bahan aktif isoprotionalane, benomyl+mancoseb, kasugamycin dan thiophanate methyl. (Santoso dan Anggiani Nasution, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi)

Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas :
1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
2. Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
3. Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
4. Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif patogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
5. Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
6. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
7. Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
8. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
9. Pemakaian jerami sebagai kompos.


Banten Kerahkan 7.744 Petugas Lapang Sensus Pertanian

Serang (AntaraBanten) - Badan Pusat Statistik Provinsi Banten akan mengerahkan sebanyak 7.744 petugas lapangan untuk kegiatan sensus pertanian 2013 (ST2013) yang akan dilaksanakan 1-31 Mei, yang direkrut dari  unsur BPS sendiri dan mitra kerja yang berpendidikan minimal SMU, yang direkrut dari desa atau kelurahan setempat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi di Serang, Jumat, mengatakan para petugas lapangan sebanyak itu terlebih dahulu akan dilatih oleh 228 instruksi daerah (Inda) tentang mekanisme dan cara pencacahan yang akan dilakukan pada tanggal tersebut.

"Para calon Inda ini sudah kami latih di Kota Tangerang, Senin (18/3), yang diharapkan betul-betul mengerti dan memahami materi yang diajarkan instruktur nasional (Innas), sehingga dalam pelaksanaan petugas pendataan di kabupaten/kota dapat menghasilkan data yang berkualitas, khususnya pembangunan pertanian di Banten, kata Suhaimi.

Ia mengatakan, beberapa tahapan pembahasan telah dilakukan, baik intern maupun bilateral bersama-sama pemangku kepentingan seperti, kegiatan uji coba gladi kotor ST2013 di Kabupaten Pandeglang, beberapa waktu yang lalu.

Suhaimi mengatakan keberhasilan pelatihan calon Inda sampai dengan pelatihan petugas dan pelaksanaannya di lapangan, sangat ditentukan oleh niat, tekad, dan kesungguhan para Inda untuk melatih petugas yang nantinya akan mendata seluruh usaha pertanian di subsektor tanaman pangan, hortikultura (sayuran, barak militer, dan kelompok usaha bersama, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat), perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, baik pada rumah tangga, perusahaan, pesantren, lembaga pemasyarakatan dan kelompok usaha bersama.

Ia menegaskan karena banyaknya sub sektor yang dicakup dan beragamnya pola usaha pertanian, maka memerlukan penekanan konsep/definisi dan perhatian khusus dalam diskusi.

"Pengalaman calon inda dalam melakukan pendataan dan pengolahan statistik pertanian serta mengetahui kondisi daerah pertanian masing-masing dapat dijadikan bahan diskusi dalam pelatihan inda, sehingga masukan dari calon inda dan KSK dapat digunakan untuk pelaksanaan ST2013 agar menghasilkan data yang berkualitas," katanya.

Para petugas yang akan d dilatih secara berjenjang untuk mendapatkan pemahaman konsep, definisi dan metodologi ST2013 yang sama, nantinya di lapangan pendataan dilakukannya dengan mendatangi kediaman atau kantor responden dengan memakai metode wawancara.

"Indikator-indikator ST 2013 adalah usaha pertanian, pelaku usaha pertanian, petani gurem, komoditas pertanian yang diusahakan, rumah tangga pertanian menurut komoditas, distribusi lahan yang dikuasai, jumlah petani menurut jenis usaha dan gender, jumlah kepala dan anggota rumah tangga menurut gender, usaha jasa pertanian, dan usaha pengolahan hasil pertanian," katanya menjelaskan.